Kemarin pagi saya mendapat telpon dari teman papa saya, saya biasa memanggilnya ‘Om’. Kami cukup akrab, selain beliau sahabat papa saya sejak kuliah, anaknya juga teman kecil saya dan kami sempat bertetanggaan selama beberapa tahun. Pagi itu dia mengabarkan berita gembira bahwasanya anaknya sudah melahirkan 2 hari yang lalu. Alhamdulillah, akhirnya cucu pertama yang beliau tunggu-tunggu hadir juga melengkapi kebahagiaannya. Saya kira obrolan akan sampai disana (walau saya udah bersiap-siap untuk ‘kampanye ASI’) tiba-tiba saja si om nanya dulu : Aldi menyusuinya gimana? Wow!! Saya sungguh-sungguh terkejut dan terharu, gila ya si om yang notabene sibuk dengan pekerjaannya dan punya seabreg kegiatan peduli lho sama ASI, wah ini dia Breastfeeding Grandpa kereeeennn..
Sayang, setelah kami ngobrol cukup panjang, ternyata anaknya yang sedang berada di kota berbeda dengan beliau mulai mengalami sedikit masalah. Ya, dukungan untuk memberikan ASI Eksklusif, saya tidak ingin menyebut siapa yang tidak mendukung itu (gak etis donk ya) tetapi saya ikut prihatin dan merasakan beratnya perjuangan teman kecil saya itu. Saya pun pernah mengalami hal serupa, dan gak bisa dipungkiri biasanya orang-orang tersebut justru orang-orang yang sangat dekat dengan kita.
Katakanlah, keluarga. Ya, tidak semua anggota keluarga mendukung apa yang menjadi impian kita untuk memberikan ASI Eksklusif kepada buah hati kita. Bukan karena mereka gak sayang, gak peduli, nggaaak gak mungkin, justru mereka kadang menyarankan pemberian makanan pre-laktal kepada bayi kita karena mereka sayang, mereka khawatir dengan bayi kita. Hanya mungkin saja ilmu yang mereka punya tentang ASI belum banyak, mereka belum tahu kalau ASI itu the one and only best for babies :(
Lalu bagaimana ketika kita dihadapkan dengan masalah seperti ini? Mungkin kalau yang menyarankan teman, tetangga atau bahkan orang yang tidak kita kenal kita bisa cuek aja. Lah, kalau keluarga misalnya mertua, ibu atau bahkan suami sendiri gimana caranya kita mendiskusikannya. Sedangkan mungkin keadaan mommies yang baru saja habis melahirkan masih terasa capek, apalagi dengan kehadiran si newborn pasti tambah stres dihadapkan dengan masalah seperti ini. Stres ini juga yang buat si ‘ hormon cinta’ ngambek sehingga ASI juga gak mau keluar. Aduuuh tambah-tambah deh masalahnya. Solusinya, ‘Komunikasi’ dengan berkomunikasi dengan baik dan sopan, menjelaskan apa keuntungan ASI dan pemberiannya kepada keluarga insya Allah mereka bisa mengerti. Ingat ini hanya karena ketidaktahuan mereka saja.
Hanya dengan komunikasi selesai urusan? Belum tentu, ada cerita yang biasa terjadi di masyarakat, umumnya datang dari si ibu mertua yang ngotot nyuruh cucunya diberi suatu produk susu formula hanya karena iklan di TV yang promosinya gencar mengenai kecerdasan anak dengan penggunaan produk tersebut. Benar kan, niat awal ingin memberikan yang terbaik untuk cucunya hanya karena ketidaktahuannya beliau menyarankan makanan lain selain ASI.
Lalu sebagai smart mommies apa donk yang perlu kita siapkan? Pertama NIAT yang kuat, lillahi ta’ala kuatkan niat bulatkan tekad pokoknya kekeuh pengen ngasih ASI untuk baby kita. Kalau niat cuma setengah-setengah digodain dikit, dipaksa dikit, disindir dikit pasti goyah deh. Coba kalau semua udah bulat, mau datang ‘cobaan’ segencar dan sehebat apapun kita tak tergoyahkan, mantaaaapp :)
Kedua, ILMU. Yup, ilmu ini sangat penting, dengan memiliki ilmu yang banyak argumentasi apapun bisa kita hadapi. Kita juga bisa menjelaskan bagaimana keuntungan ASI dari segi medis, sosial dan agama kepada siapa saja yang ‘mempertanyakannya’. Beda kalau kita ilmunya minim (kayak aku dulu niy moms huhu) dipertanyakan sedikit aja udah aa-mm-anu-itu gitu jawabannya, huaaa. Jadi, ketika si baby masih dalam kandungan carilah ilmu sebanyak-banyaknya, olrait!
Ketiga, DUKUNGAN. Yeah, dukungan ini kuncinya. Jadi sedari hamil carilah dukungan kepada keluarga atau siapapun, kalau perlu gelar pers confrence bilang setelah melahirkan saya mau memberikan ASI Eksklusif kepada bayi saya mohon dukungannya hahaha lebay banget ya. Intinya, carilah dukungan sebanyak-banyaknya, khususnya kepada orang terdekat seperti suami, ibu, mertua atau sanak saudara lainnya. Termasuk meminta dukungan kepada paramedis tempat mommies kontrol ketika hamil. Catatan ya moms, belum semua tenaga kesehatan di Indonesia aware tentang ASI Eksklusif jadi alangkah baiknya kalau mommies sharing tentang keinginan mommies kepada dsog, dokter, bidan atau perawat yang kelak menangani mommies. Mudah-mudahan mereka mengerti dan siap membantu.
Apabila dukungan masih terasa kurang, carilah dukungan dari luar, bisa dari teman, sahabat, tetangga, atau dari kelompok peduli menyusui. Lebih baik lagi kalau mommies bergabung bersama kelompok tersebut sehingga mommies tidak merasa sendiri, banyak yang senasib, banyak yang peduli dan banyak yang mendukung. Bila banyak pertanyaan atau kerisauan yang mengganjal boleh hubungi konselor laktasi yang ada di kota mommies,tentu dengan tangan terbuka mereka akan membantu :)
Hmm..Ketika mengakhiri perbincangan dengan si Om saya menitip pesan untuk memberikan no handphone saya kepada teman kecil saya, boleh menghubungi kapan pun, 24 jam saya siap, because I know she needs a firend now. Ya, itu salah satu bentuk dukungan saya. Dan ketika obrolan kami berakhir saya berfikir alangkah beruntungnya teman kecil saya dan bayinya memiliki Kakek ASI yang begitu peduli dengan cucunya dan berharap dalam hati semoga semua grandfathers di Indonesia pun demikian. Insya Allah :)
No comments:
Post a Comment