Friday, August 11, 2017

Bromo : Negeri Diatas Awan

Bulan Mei lalu, saya mampir ke pameran INDOFEST disebelah ruang seminar yang sedang saya hadiri di Jakarta Convention Center (JCC). INDOFEST atau Indonesia Outdoor Festival adalah pameran untuk para pecinta alam atau outdoor, menawarkan berbagai paket wisata, aneka produk outdoor untuk menyelam, naik gunung, bersepeda dan lainnya.

Saat memasuki pameran, paket wisata yang pertama kali menarik saya adalah wisata Gunung Bromo, saking pengennya ke Bromo saya foto deh tuh di booth mereka haha.

Pulang dari pameran tersebut, saya punya 3 wishlist destinasi wisata di Indonesia yang ingin saya jelajahi : Gunung Bromo, Halimun Dalak dan Raja Ampat. Dan alhamdulillah tidak sampai 3 bulan, ibu saya mengajak kami ke Gunung Bromo. Rejeki anak sholehah :D

Inilah itinerary perjalanan kami ke Gunung Bromo....
Berangkat dari Yogyakarta dengan KA Malabar pukul 00.05 WIB sampai Malang pukul 07.00 WIB kami langsung menuju hotel. Kami menginap di Ijen Suites Resort & Conventions, hotel berbintang 4 yang sangat nyaman. Kami pesan hotel lewat Traveloka, harganya Rp. 537.000/malam (tanpa sarapan), sengaja saya pesan kamar non breakfast, karena keesokan harinya mau ke Bromo (iya, ngirit juga haha). Sebenarnya banyak sekali pilihan hotel di Malang dengan berbagai range harga. Kebetulan saya memilih hotel Ijen Suites karena ada acara keluarga di hotel tersebut, dan saya janjian dengan anggota keluarga lain untuk berangkat bersama dari hotel tersebut. 

Ijen Suites Resort & Conventions
 
Kalau mommies searching, banyak sekali paket penawaran wisata Bromo dengan beragam fasilitas dan harga. Saat merencanakan liburan, kami pun ditawarkan paket wisata  seharga Rp. 700.000/orang sudah include sewa jeep, tiket masuk, sarapan pagi dan villa transit. Tetapi, keluarga kami memilih untuk menyewa mobil Jeep saja, dari seorang kenalan Om saya dengan pertimbangan kami satu keluarga dengan satu jeep sudah cukup. Harga yang ditawarkan Rp. 950.000, sekali jalan. Keuntungan tidak menggunakan paket wisata adalah kami bisa mengatur waktu sesukanya dan lebih irit tentunya karena kami berangkat sekeluarga. Kekurangannya, biaya tiket masuk atau makan tidak ditanggung, tidak transit di villa juga (jadi dari hotel langsung ke spot wisata). Tapi, dari segi efisiensi, ini jauh lebih ngirit haha :)

Kami berangkat dari hotel jam 00.30 WIB, dengan membawa perlengkapan anti dingin seperti jaket, syal, topi, sarung tangan, masker. Karena kabarnya Bromo itu lagi dingin-dinginnya di bulan Agustus. Perjalanan Malang-Bromo kurang lebih 2 jam-an, medan perjalanan menanjak, berkelok-kelok dan bergelombang. Selama perjalanan kita akan transit 1x untuk ke toilet, naah saran saya saat transit pengen/gak pengen buang air, mending ke toilet saja, karena setelah transit gak ada lagi pemberhentian, dan jalanan lebih bergelombang dari sebelumnya, takut kebelet ditengah hutan dan kegelapan kan.

Pukul 03.00 WIB kami sampai di Penanjakan 1 untuk melihat matahari terbit (sunrise Bromo), langit malam saat itu indaaah sekali, pas bulan purnama dan banyak bintang, subhanallah. Brr, udara saat itu 10 derajat celcius, dingin banget, untuk menghangatkan tubuh kami mampir warung untuk menyantap popmie dan teh panas. Selesai makan, kami naik ke spot sunrise, disana sudah cukup ramai, tempat-tempat strategis untuk melihat sunrise sudah diduduki orang-orang, alhamdulillah guide kami sudah berpengalaman sehingga mengantarkan kami ke spot yang masih kosong dan cukup bagus mengambil momen sunrise. Nah, kalau sudah dapat spot bagus gitu, jangan ditinggal, karena pengunjung semakin lama semakin ramai dan spot tersebut bisa diambil orang hehe.
 Warung makan di Penanjakan 1

Sunrise Bromo

 Sebelum matahari terbit, memasuki waktu Subuh, di Penanjakan 1 disediakan tempat sholat, sehingga kita bisa sholat dan berwudhu dengan air sedingin es!! Setelah subuh, perlahan sinar matahari muncul, sedikit demi sedikit, pemandangan gelap perlahan berganti dengan cahaya terang. Dan akhirnya, setelah matahari terbit, tampaklah negeri diatas awan, gunung Bromo dikelilingi oleh awan dan disinari oleh cahaya matahari, subhanallah seperti lukisan, indah sekali ciptaan Allah.
Bromo, Negeri diatas Awan

Setelah puas mengambil foto di Penanjakan 1, kami turun menuju spot berikutnya. Tetapi karena ramainya pengunjung dan banyaknya jeep, kita harus sabar mengantri untuk turun. Bromo selalu ramai, apalagi weekend dan hari libur, katanya bisa macet di gunung saking padatnya mobil, waduh. Pengunjung mancanegara juga banyak sekali, pesona gunung Bromo mendunia!

Spot berikutnya adalah Bukit Kingkong, saya kurang tau kenapa dinamakan Bukit Kingkong, pemandangan hampir sama kayak di Penanjakan 1, hanya lebih rendah, dan tampak lebih jelas gunung Bromo dari sana. Selesai dari Bukit Kingkong kami mampir di Lautan Pasir untuk berfoto.


Lautan pasir

Perjalanan selanjutnya adalah ke Kawah Gunung Bromo, puncak destinasi wisata Bromo! Berjalan dari tempat parkir ke kawah kurang lebih setengah jam, kalau naik kuda jauh lebih cepat. Karena merasa masih muda dan jarak kawah "tampak" dekat saya, suami, adik dan Om saya memilih untuk berjalan kaki. Sepanjang perjalanan kami terus ditawari untuk naik kuda  saja, dengan harga 50rb sekali jalan (100rb PP) "irit tenaga mbak, jauh lho", kita balas "nggak koq Pak, tuh dah dekat (nunjuk Pura)", "lho masih jauh mbak, kalau naik kuda sampai dibawah tangga kawah, capek lho" dengan sok kuat kami jawab "nggak Pak, kita jalan sambil menikmati aja" terus ditinggal deh sama Bapaknya sambil nyengir.

Baru sampai batas Pura Luhur Poten saya sudah ngos-ngosan, dan jeng..jeng.. ternyata masih jauuhh dan menanjak! Bener kata Si Bapak Kuda haha. Ya udahlah, karena kelaparan saya berhenti dulu untuk makan cilok haha, yaa daripada pingsan kan. Selesai makan cilok, melanjutkan perjalanan yang medannya semakin menanjak dan terjal, duuh nyesel deh gak pakai jasa kuda kalau udah gini, mana udah 1/2 perjalanan, tanggung!

Medan menuju kawah Bromo

Karena kecapekan, sampai dibawah tangga kawah, mampir warung lagi untuk minum dan makan gorengan, ini sih lama di mampir-mampirnya yak haha. Setelah istirahat sejenak, tinggal naik tangga, dikira tangga biasa, eh bukaan ternyata tangganya tinggi dan kemiringannya hampir 90 derajat!! Ada tukang kuda yang nyeletuk "aduh mbak mending tenaganya disimpan tadi". Ini pasti tukang kuda tadi deh, huh, sebel, mau balas udah gak kuat mau ngomong juga hahahaha :D

Tapiiii setelah sampai di puncak kawah, subhanallah pemandangannya kereeenn, worth it lah dengan usaha menanjakinya. Deburan asap yang keluar dari kawah keren banget, suaranya juga berdebur-debur gitu. Sayangnya, besi pengaman disekitar kawah terlalu kecil menurut saya dengan sekitar kawah yang licin berpasir, takut kepleset aja sih.  Oiya, anak kecil tidak recomended banget untuk ke puncak kawah, standar keamanannya belum baik menurut saya.

 Kawah Gunung Bromo

Saya dan suami saya cukup lama di kawah, karena menunggu adik saya yang tak kunjung sampai ke puncak. Sekali nengok ke bawah dia masih istirahat di tangga (berat emang medannya), udah hampir sampai batin saya. Ditunggu lagi sambil foto-foto, dilihat kebawah koq udah gak kelihatan, diatas juga gak ada. Ya udahlah, kami putuskan turun aja, toh dia udah besar juga haha. Saat akan turun, harus berhati-hati karena tangganya curam dan berpasir. Tiba-tiba, dikejauhan saya lihat orang lagi berkerumunan, nanya deh sama yang berpapasan. "Ada apa mbak koq rame?", "Ada yang pingsan". Hah?!! Jangan-jangan adik saya nih yang tak kunjung naik! Dari yang tadinya jalan pelan-pelan menuruni anak tangga, ini saya ngebut sambil panggil adik saya yang tampak duduk di tangga, dia juga gak menoleh saat dipanggil, membuat saya semakin panik. Tapi, begitu sampai TKP ternyata adik sayalah yang menolong orang yang pingsan tersebut, si mbak yang pingsan lagi tiduran di paha adik saya, pantesaaaan nih anak gak sampai-sampai diatas kawah. 

Singkat cerita, kami menolong orang yang pingsan tersebut, terharu juga dengan perhatian bule-bule disekitar melihat ada kejadian tersebut, ada yang ikut menolong, beberapa yang lewat memberi makanan. Tapi, yang menjadi catatan saya bagi yang ingin naik ke kawah gunung Bromo, mohon sangat memperhatikan kondisi tubuhnya, medannya cukup berat, kalau nggak kuat jalan pakai jasa kuda saja, kalau belum makan, isi tenaga dulu. Karena kalau sampai pingsan ditangga seperti kasus si mbaknya, atau parahnya pingsan di kawah, susah dibawa turun untuk upaya penyelamatan! Saya kurang tau disekitar kawah apakah ada pos kesehatan atau tidak, sejujurnya kami tidak melihat pos kesehatan, penjual disekitar kawah yang ikut menolong pun menyarankan si mbaknya dibawa ke rumah Bidan di pemukiman penduduk saja. Tetapi, alhamdulillah kondisi orang tersebut membaik dan stabil. Sejak awal, naluri tenaga kesehatan saya kawatir bila ada yang jatuh, terluka, pingsan atau parahnya serangan jantung di lokasi kawah, tentu membutuhkan penanganan segera. Yaa, semoga fasilitas kesehatan dan proses evakuasi di sekitar wisata dunia ini semakin baik ya. Dan yang terpenting jaga kesehatan dan hati-hati ya gengs!
Seusai dari kawah, kami semua TEPAR! Sehingga kami tidak terlalu excited waktu di destinasi terakhir, Bukit Teletubies. Kami turun sebentar hanya untuk berfoto, disana juga ada jasa foto bersama kuda seharga Rp. 10.000/orang. Foto-foto selesai, lanjut mencari makan siang. Atas rekomendasi Pak Supir kami kuliner di warung pecal dan rawon di daerah Tumpang. Perut kenyang, saatnya mengistirahatkan raga. Akhirnya, kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke hotel. What a great adventure, Bromo!

 Bukit Teletubies
Psst, sudah ada bisik-bisik wisata Raja Ampat nih, semoga!!

No comments:

Post a Comment